Silsilah ARYA PENGALASAN Masa lalu telah meninggalkan sejarah tentang kegagahan dan keberanian Arya Pengalasan yang juga dikenal dengan Arya Buru atau juga Arya Timbul. Begitu juga peran penting yang dilakukan dalam setiap langkahnya, Arya Pengalasan telah menyiratkan kesetiaan kepada Rajanya. BukuBabad Bali Agung, Seri Sejarah Arya Pengalasan telah menjadi inspirasi bagi keturunan Arya Pengalasan. Terlepas benar atau kurang sempurnanya pengungkapan sejarah tersebut, paling tidak ada titik awal yang baik bagi semeton Arya Pengalasan untuk belajar dan menelusuri kisah para leluhurnya terdahulu bilamana hal tersebut dianggap penting. Walaupun Sejarah Kebudayaan Indonesia telah jelas beredar di kalangan pelajar, mahasiswa dan masyarakat luas, bahwa sejarah tersebut belum pernah mengungkapkan peran Arya Pengalasan yang menjadi senopati atau kepala bayangkara kerajaan, baik dalam buku pelajaran yang mengetengahkan materi kerajaan Bali, Kediri, Singosari , maupun dalam Kerajaan Majapahit . Dengan terbitnya Babad Bali Agung , Seri Sejarah Arya Pengalasan itu, kita patut ikut merasa bangga terhadap penyusunan buku tersebut. Kita mungkin tidak pernah terbayang akan keluhuran jiwa leluhur kita terdahulu, walaupun menempati posisi penting, tapi tidak pernah menuntut apa – apa, dan menerima apa adanya perintah para raja. Inilah keluhuran jiwa leluhur Arya Pengalasan yang merupakan pengabdi sejati. Siapa yang tidak bangga dan terkejut membaca peran – peran penting yang pernah diduduki oleh leluhur Arya Pengalasan dari masa kerajaan Marakata di Bali , Kediri di Jawa Timur, Singosari hingga Majapahit. Mengapa hal ini tidak pernah terungkap dengan baik, apakah Sejarah Kebudayaan Indonesia yang sudah beredar dikalangan pelajar dan mahasiswa itu kurang referensi atau memang sengaja peran Arya Pengalasan itu ditutupi dengan pertimbangan tertentu ?. Ini yang perlu dicermati, sebab sejarah itu harus diungkapkan secara jujur agar masyarakat luas dapat memaknainya dengan sikap jujur. Alangkah bagusnya kalau Babad Sejarah Arya Pengalasan ini dapat melengkapi kisah sejarah Bali, Kediri, Singosari dan Majapahit sehingga Sejarah Budaya Indonesia akan lebih lengkap dapat mengisahkannya. Mengenai kisah kelahiran Ki Barak yang kemudian mendapat tiga gelar ( Arya Pengalasan, Arya Timbul, atau Arya Buru ) ada kemiripan dengan kisah Raja Santanu yang lahir dari rahim Sakuntala dengan Raja Dusmanta. Sakuntala adalah putri Resi Wismamitra yang menikahi Meneka Dewi di hutan pertapaan. Kemudian Sakuntala dipelihara oleh Rsi Kanwa. Kemudian Sakuntala dinikahi oleh Raja Dusmanta secara gandarwa di hutan. Dari perkawinan ini lahirlah Prabu Sentanu yang kemudian melahirkan Bisma. Selanjutnya Bisma menjadi kakek para Pandawa dan Kurawa. Sedangkan Ki Barak lahir dari pawiwahan gandarwa juga antara pasangan Airlangga dengan Diyah Giri Putri. Airlangga ( sering disebut Erlangga ) adalah putra dari pasangan Raja Udayana( Raja Kerajaan Bedahulu , Bali dari wangsa Warmadewa ) dengan Mahendradatta yang merupakan adik raja Dharmawangsa di Jawa Timur . Kalau dilihat dari pandangan status , bahwa Pengalasan itu pantas menyandang gelar nama Arya ( kesatria ), sebab perannya sangat jelas dalam berbagai peristiwa penting dalam sejarah masa lalu yang penuh dengan kisah – kisah yang melibatkan para pihak kerajaan yang pada zamannya sangat menonjolkan kekuatan, kesaktian, kekerasan, kecerdasan, kegagahannya menggunakan keris, dan senjata perang lainnya. Pada masa itu sepertinya tidak dapat dielakkan adanya hukum rimba, bagi satu kerajaan dengan kerajaan lain sehingga perang antar kerajaan selalu siap berkobar. Tahun 1040 M, pada zaman kerajaan Marakata di Bali, Arya Pengalasan dikirim dari Jawa oleh ayahnya , Airlangga ( Raja Kediri ), dan selanjutnya Arya Pengalasan di Bali diterima sebagai penasehat Raja Marakata dengan gelar Bagawanta atau Raja Kerta ( Hakim Agung ) atas nasehat Senopati Mpu Kuturan. Ada satu hal yang juga tidak terungkap dalam Sejarah Kebudayaan Indonesia, bahwa Airlangga tidak disebutkan memiliki putra bernama Ki Barak, dan ini mungkin Penulis Sejarah Kebudayaan Indonesia belum memiliki referensi tentang putra Airlangga yang bernama Ki Barak, atau mungkin sejarah hanya mengungkap hal – hal pokok yang menonjol, apalagi pernikahan Airlangga dengan Diyah Giri Putri dilakukan secara gandarwa di tengah hutan. Adapun putri tunggal Airlangga ( Erlangga ) yang terkenal tidak mau mewarisi kerajaan ayahnya adalah Sanggrama Wijaya , dan memilih jadi pertapa dan tinggal di Kilisuci. Akibatnya , kerajaan harus dibagi dua, untuk 2 putra Airlangga yang lain. Itulah sebabnya timbul dua kerajaan bernama Jenggala atau Singosari dengan ibu kota Kahuripan ( Utara Kali Brantas ) , dan Panjalu atau Kediri dengan ibukota Daha ( selatan Kali Brantas ) Kedatangan Arya Pengalasan di Bali disambut oleh Mpu Kuturan, dan selanjutnya tinggal di daerah Tiying Buluh, Klungkung Bali. Selanjutnya Arya Pengalasan juga memiliki Puri di Bedahulu. Perkembangan lebih lanjut, bahwa Arya Pengalasan memiliki 2 putra yaitu Arya Pengalasan dan Arya Buru. Putra pertamanya ini kelak akan menggantikan ayahnya menjadi senopati di Kerajaan Bata Anyar Bedahulu. Sedangkan putra kedua, Arya Buru akan menjadi pacek di Tiying Buluh Kelungkung. {mospagebreak}Perkembangan Putra Pertama Arya Pengalasan di Bata Anyar Bedahulu Arya Pengalasan yang ada di Bedahulu ( Bedulu ), Blahbatuh, Gianyar telah berkembang dan memiliki banyak keturunan. Selanjutnya keturunan Arya Pengalasan inipun tidak terkonsentrasi di Bedahulu ( Bedulu ), tetapi juga tersebar di wilayah lain seperti Biaung Penebel Tabanan, Nusa Penida, Badung, Denpasar, Bangli, Gianyar, dll, dan secara global dapat dilihat pada data lampiran dibelakang buku ini. Perkembangan Putra Kedua Arya Pengalasan di Tiying Buluh Klungkung Arya Buru adalah putra kedua Arya Pengalasan yang tinggal di Tiying Buluh Klungkung. Arya Buru selanjutnya memiliki dua putra, yaitu putra pertama bernama Arya Buru juga, dan putra kedua bernama Arya Timbul. Selanjutnya putra Arya Buru yang bernama Arya Buru juga hanya dikaruniai satu keturunan wanita yang bernama Gusti Ayu Gunaraksa . Sedangkan Arya Timbul, putra kedua dari Arya Buru selanjutnya menjadi pacek , menempati desa Tengah Klungkung hingga mendekati pantai Erjeruk. Desa Tengah ini kemudian menjadi Desa Timbul yang kemudian menjadi Sukawati. Arya Buru menurunkan putra antara lain :
- Arya Timbul Pengalasan, pengganti ayahnya di Desa Timbul
- Arya Timbul menjadi pacek di desa Kaba – kaba dengan gelar Anglurah Timbul Kaba – kaba
- Ratna Kanti , pindah ke Tabanan
- Arya Timbul Wini Kalpa , pindah ke Kediri Tabanan
- Arya Timbul Kawan pindah ke Buleleng
- Arya Timbul Pinayungan pindah ke desa Pinayungan
- Arya Timbul Pengalasan pindah ke Sideman
Kaitan Arya Buru Pengalasan dengan Anglurah Tutuwan ( Keturunan Sanak Sapta Rsi ) Pada zaman pemerintahan Jaya Pangus di Bali sekitar tahun 1170, Arya Buru di Bukit Tiying Buluh Klungkung tidak memiliki keturunan laki, dan satu – satunya yang bisa mewariskan pacek di Klungkung itu adalah seorang putri yang bernama Gusti Ayu Gunaraksa. Selanjutnya wilayah yang ditempati oleh Gusti Ayu Gunaraksa lebih dikenal dengan nama Gunaksa. Di Gunaksa, Gusti Ayu Gunaraksa tumbuh menjadi seorang gadis cantik jelita sehingga memikat seorang jejaka bernama Pasek Anglurah Tutuwan. Anglurah Tutuwan adalah keturunan Mpu Raga Runting Sanak Sapta Rsi. Mpu Raga Runting Sanak Sapta Rsi ini memiliki tiga putra yaitu : Pasek Anglurah Tutuwan, Pasek Anglurah Kabayan, dan Pasek Anglurah Salahin. Selanjutnya Pasek Anglurah Tutuwan nyentana di Puri Gunaksa. Karena Nyentana, maka Pasek Anglurah Tutuwan berpindah kawitan dari kawitan Pasek Sanak Sapta Rsi menjadi kawitan Arya Buru Pengalasan dengan saksi Bale Pegat di Gunaksa. Dari pawiwahan Gusti Ayu Gunaraksa dengan Pasek Anglurah Tutuwan, lahirlah keturunan sebagai berikut :
- Gusti Gunaksa tutuwan Arya Buru menjadi pewaris di Gunaksa
- Gusti Carucut Tutuwan Arya Buru pindah ke Desa Baan Karangasem dengan keturunannya tinggal di Desa Manggis , Seraya Karangasem, Subagan Karangasem , Ulakan Padang, Kalanganyar, Bendul Klungkung, Bakas Klungkung, di Banggeli Desa Bunutin, Selat klungkung, Desa Ngis Klod Tista, Desa Culik, Kebung Sideman, Jehem Benggeli, Paksa Bali Klungkung, bukit Catu Karangasem, Blaluan Badung, Sumerta Badung, Tabanan Meliling, Angantaka Badung, Pupuan Pujungan, Abiyan Tuwung Tabanan, Batu Aji Tabanan, Bitra Gianyar dan Pejeng, Gunaksa, Culik , Bunutan Karangasem, dan Besang Klungkung.
- Gusti Batur Tutuwan Arya Buru pindah ke Desa Gelgelang Karangasem
- Gusti Pejeng Tutuwan Arya Buru pindah ke Desa Pejeng
{mospagebreak} Peran Arya Pengalasan di Tanah Bali
- Arya Pengalasan menduduki jabatan penting sebagai senopati di Kerajaan Bata Anyar Bedahulu ( Bedulu ) dengan gelar Senopati Arsa Buru pada masa pemerintahan Raja Marakata, tahun 1011 – 1049 M dan masa pemerintahan Anak Wungsu ( tahun 1049 – 1077 M ) .
- Disamping menjadi Senopati Arsa Buru, putra Arya Pengalasan juga ada yang menjadi sang Pamegat , pelaksana Dharmadhyaksa Keagamaan, pemimpin agama . Pada pemerintahan ini , mereka yang menjadi pemimpin agama Budha diberi gelar Dharmadhyaksa ring Kasogatan dan yang memimpin agama Siwa diberi gelar Dharmadhyaksa ring Kasiwan.
- Pada Zaman Raja Jaya Pangus atau Jaya Kasunu di Bali, Keturunan Arya Pengalasan memiliki peran penting. Jaya Pangus adalah raja yang beristana di Balingkang, Penulisan Batur Bali. Pada saat itu Putra Arya Pengalasan di kirim ke Jawa, dan yang berkuasa di Jawa, Kediri ( Daha ) pada saat itu adalah Raja Kameswara Triwikrama ( 1182 – 1185 ) yang menggantikan Raja Gandra. Kemudian tahun 1190 – 1200 yang menjadi raja adalah Raja Çrngga dengan gelar Çri Maharaja Çri Sarwweçwara Triwikramawataranindita Çrnggalancana Digwijayotunggadewa. Selanjutnya Raja Çrngga ini diganti oleh Raja Kertajaya ( Raja Kediri terakhir) sebagaimana yang tertulis dalam buku Sejarah Kebudayaan Indonesia 2, oleh DR.R. Soekmono, hal 58).
- Arya Pengalasan memegang keris Baan Kawu dan Ki Balu Rabi, menjadi pendamping setia Patih Gajah Mada dan Adityawarman dalam penyerangan Bali Aga tahun 1343 . Arya Pengalasan masuk melalui wilayah Gunung Batukaru. Gajah Mada menggerakan pasukannya dengan kekuatan panglima yang terdiri dari Arya Kepakisan yg didampingi oleh Arya Kuta Waringin, Arya Kenceng, Arya Belog dan Arya Jrodeh. Disamping itu hadir pula Arya Kanuruhan yang ditemani oleh Arya Blencong, Tan Kobar, Tan Kawur, Tan Mundur, Wang Bang Kediri, Wang Bang Daha. Demikian juga Arya Gajahpara, Arya Manguri, Arya Dalancang , Arya Sentong dllnya. Bali Aga kalah, dan kekalahan kerajaan Bali Aga tersebut, Pasung Grigis ditangkap, dan Raja Sakti Bedahulu , Ratna Bumi Banten menghilang. Dengan demikian tahun 1343 Bali Aga jatuh ke tangan Majapahit. Selanjutnya Bali diperintah oleh Mpu Jiwaksara atas petunjuk Gajah Mada. Selanjutnya Mpu Jiwaksara bergelar Kiyai Patih Wulung dengan pusat di Gelgel yang lebih dikenal dengan nama Kiyai Agung Pacek Gelgel. Pacek artinya pembesar atau pejabat. Selanjutnya Gajah Mada menikah dengan Putri Ki Dukuh yang tinggal di Blahbatuh yang kemudain melahirkan Arya Bebed.
- Kekalahan Bali Aga, tentu masih ada perlawanan secara diam – diam dari pengikut Raja Bali Aga . Selama pemerintahan Kiyai Wulung, beliau mengangkat 15 pacek atau pejabat, tetapi Arya Pengalasan selalu merasa puas atas tugas sebagai pendamping raja di Gelgel. Pada pemerintahan Kiyai Wulung inilah Arya Pengalasan diminta ikut menata palinggih – palinggih di Bali, umumnya di Besakih yang akan disesuaikan dengan bentuk yang ada di Majapahit.
- 6. Tahun 1350, Arya Pengalasan sebagai bayangkara kerajaan mengawal Kiyai Wulung menghadap Raja Majapahit ,Tri Buwana Tunggadewi. Perjalanan tersebut diikuti oleh semua patih ( paceknya ). Kemudian Tri Buwana Tunggadewi mengangkat 4 adipati, dan salah satunya adalah Adipati Kresna Kepakisan yang ditempatkan di Bali menggantikan Kiyai Wulung. Adipati Kresna Kepakisan yang dikenal dengan nama Sri Kresna Kepakisan memindahkan pusat kerajaan dari Gelgel ke Samplangandengan mengangkat tidak kurang dari 18 pejabat Arya.
- Tahun 1352 Perang besar Bali pecah kembali karena Adipati Kresna Kepakisan dirasa kurang adil sehingga timbul pemberontakan oleh penduduk Bali Aga ( Bali Asli ) . Pengikut Raja Bedahulu, Ratna Bumi Banten seperti Ki sakti Patih Ularan di Tamblingan, Ki Kayu Selem, Ki Kayu Celagi, Ki Kayu Menyan, Ki Kayu Les Nangka, Ki Kayu Nyuh Gading, Ki Buwahan, Ki Kayu Abang dll mengadakan perlawanan. Sebenarnya perang antara Majapahit dengan Bali Aga ini adalah perang saudara antar Arya yang berasal dari leluhur yang sama yaitu Batara Pasupati dan Maha Rsi Markandeya. Dari Rsi Markandeya selanjutnya menjadi wangsa Bali Aga pengikut aliran waisnawa ( Wisnu ), dan Pasupati akan menurunkan Sanak Sapta Rsi yang berasal dari keturunan Mpu Gni Jaya. Mpu Gni Jaya bersaudara 5 dengan Mpu Mahasemeru, Mpu Gana, Mpu Kuturan dan Mpu Baradah. Mpu Baradah menurunkan Mpu Soma, dan Mpu Soma menurunkan Sri Kresna Kepakisan. Sedangkan Mpu Mahasemeru menurunkan Mpu Kamareka, dan Mpu Kamareka menurunkan watek kayu Selem, Mpu Celagi, Mpu Tarunyan. Begitu juga Mpu Gana menurunkan watek Mpu Celuk. Sementara itu Arya Pengalasan didampingi Arya Gajah Para , Arya Getas, dan Ki Dukuh Kedangan, Tan Kobar, Tan Mundur dan Tan Kawur mendapat tugas mengadakan perlawanan di daerah Tengahan ( Tenganan ). Perang ini dimenangkan oleh Arya Pengalasan Cs, dan Arya Pengalasan menggunakan keris kembar bernama Ki Balu Rabi dan Ki Baan Kawu mengalahkan patih Bali bernama Ki Walung Singkal dan Ki Gudug Basur. Setelah itu rakyat tenganan mengangkat Arya Pengalasan sebagai pemimpin mereka.
- Arya Pengalasan diberi hadiah Puri di Bedahulu ( Bedulu ) Gianyar oleh raja, Sri Kresna Kepakisan karena berhasil mengamankan Tenganan, dan menjadi jembatan penghubung antara Penduduk Bali Gowa Song ( Songan ) dengan kerajaan Samplangan. Arya Pengalasan diberi Tugas membangun pura Tampur( tempur ) Hyang sebagai peringatan selesainya pertempuran yang berkepanjangan akibat masalah pengakuan pura – pura milik Bali Aga yang tidak disetujui oleh Majapahit. Peperangan dapat dicegah antara pihak penguasa Majapahit di Bali dengan para pengikut Raja Bedahulu yang tersisa di wilayah Gowa Song ( Songan ) karena kecerdasan Kiyai Wulung .
{mospagebreak}Peran Arya Pengalasan di Tanah Jawa
- Tahun 1217 , salah satu keturunan Arya Pengalasan diangkat menjadi Bayangkara di kerajaan Tumapel, yang merupakan bagian dari kerajaan Kediri. Pada masa ini Raja Tumapel adalah Tunggul Ametung. Tunggul Ametung meninggal dibunuh oleh patihnya sendiri yang bernama Ken Arok dengan menggunakan keris Mpu Gandring. Ken Arok kemudian mengawini istrinya Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes . Selanjutnya Ken Arok menjadi Raja Singosari setelah mengalahkan Kertajaya dalam perang Ganter tahun 1222 M.
- Tahun 1222, Arya Pengalasan tetap setia menjadi pejabat penting pada pemerintahan Ken Arok walaupun Arya Pengalasan tahu kalau yang membunuh Tunggul Ametung adalah Ken Arok dengan akal liciknya.
- Tahun 1227 , Arya Pengalasan tidak tahan lagi menyaksikan prilaku Ken Arok yang tidak adil pada putra Tunggul Ametung yang bernama Anusa Pati. Dan atas kepercayaan Anusa Pati, Arya Pengalasan berperan membantu Anusa Pati membunuh Ken Arok dengan keris Mpu Gandring juga. Selanjutnya Kerajaan Singosari dipimpin oleh Anusa Pati dari 1227 – 1248.
- Tahun 1227 – 1248, Arya Pengalasan dipercaya menjadi Senopati Kerajaan dan juga bertanggung jawab atas keselamatan keluarga kerajaan Singosari. Tahun 1248 Arya Pengalasan tidak dapat mencegah pertumpahan darah , dimana Anusa Pati juga dibunuh oleh putra Ken Arok pertama yang bernama Panji Toh Jaya dengan keris Mpu Gandring juga. Untung bukan Arya Pengalasan yang dibunuh oleh Toh Jaya, sebab dalam Bali Agung seri sejarah Babad Arya Pengalasan disebutkan bahwa yang membunuh Ken Arok adalah Arya Pengalasan ( ini agak berbeda dengan sejarah yang sudah beredar di sekolah bahwa yang membunuh Ken Arok adalah Anusa Pati). Toh jaya adalah putra pertama Ken Arok dengan Ken Umang . Selanjutnya Panji Toh Jaya naik Tahta, dan belum ada setahun berkuasa, Panji Toh Jaya juga dibunuh oleh putra Anusa Pati yang bernama Raden Ranggawuni. Selanjutnya Ranggawuni naik tahta dengan gelar Sri Wisnuwardana. Sri Wisnuwardana memerintah selama 20 tahun ( 1248 – 1268 ).
- Tahun 1248, Arya Pengalasan kembali diangkat menjadi Senopati Kerajaan berkuasa penuh oleh Sri Wisnuwardana. Pada saat itu Mahesa Cempaka juga diangkat menjadi Senopati menguasai seluruh kerajaan dengan gelar Sang Singamurti. Mahesa Cempaka adalah putra Mahesa Wongateleng , dan Mahesa Wongateleng adalah putra Ken Arok dengan Ken Dedes. Tahun 1268 Wisnuwardana wafat , lalu digantikan oleh putranya yang bernama Kertanegara, demikian juga Mahesa Cempaka meninggal dan kedudukannya digantikan oleh putranya yang bernama Raden Wijaya. Arya Pengalasan sendiri juga meninggal, dan posisinya juga digantikan oleh putranya yang juga bernama Arya Pengalasan.
- Tahun 1268, Arya Pengalasan kembali mendapat peran penting sebagai Bayangkara kerajaan, patih terpercaya kerajaan Singosari dibawah Kertanegara dan bekerjasama dengan petinggi kerajaan seperti Raden Wijaya. Singasari mencapai puncak keemasannya antara tahun 1268 – 1292. Tahun 1292 Kertanegara dibunuh oleh pasukan Jaya Katwang, dan Jaya Katwang adalah buyut dari Ken Arok. Atas kejadian ini, Raden Wijaya tidak tinggal diam, lalu bergabung dengan Arya Wiraraja ( bupati Sumenep ) dan dibantu oleh Arya Pengalasan untuk menyerang Jaya Katwang sebagai raja Singosari terakhir. Kemudian Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit.
- Tahun 1293, Arya Pengalasan tetap mendapat peran penting sebagai Senopati Kerajaan Majapahit dan juga dipercaya menjaga keselamatan keluarga kerajaan. Raden Wijaya meninggal tahun 1309 dan digantikan oleh Raden Jaya Negara. Selama pemerintahan Jaya Negara, muncul nama anggota baru bayangkara kerajaan, yaitu Gajah Mada. Arya Pengalasan kemudian mengatur strategi keamanan bersama Gajah Mada. Atas kehebatan Gajah Mada membela kerajaan melawan musuh – musuhnya maka Gajah Mada diangkat menjadi patih kerajaan di Daha. Jayanegara meninggal tahun 1328 dibunuh oleh seorang patih yang merangkap dukun kerajaan yang bernama Ki Tanca. Selanjutnya Ki Tanca dibunuh oleh Arya Pengalasan. Jayanegara digantikan oleh Ratu Tribuwana Tunggadewi dengan Mahapatih Gajah Mada.
Sumber ::
http://www.aryapengalasanku.16mb.com/index.php?option=com_content&view=article&id=3:mengenang-sejarah-ap&catid=2:katagory-sejarah1&Itemid=3
|
Kurang jelas
BalasHapusMenurut Babad Tanah Jawi, bhw yg ditugaskan oleh Anusapati untuk eksekusi/ membunuh Raja Singosari Ken Arok dgn keris Mpu Gandring adalah seorang Pengalasan dari desa Batil (Arya Pengalasan Tumenggung Suta/ sutanira ki arya pengalasan ing Batil. Ken Arok dibunuh waktu sore hari di ruang makan istana selesai Ken Arok makan malam. Untuk menghilangkan jejak, Anusapati balik membunuh Ki Pengalasan dalam perjalanannya ke Batil.
BalasHapus